Minggu, 27 Oktober 2019

Keluarga vs Studi LN

Wanita itu sepertinya dari keluarga berada dan terpandang. Lulusan kedokteran salah satu Universitas ternama dikotanya. Nilai akademisnya pastilah bagus, karena bisa lolos seleksi beasiswa ke London.

Sebut saja namanya Laila, menikah diusia belum menginjak 25 tahun, tentulah masih memiliki mimpi dan cita-cita yang ingin diwujudkan. Beruntung karena dia bersuamikan lelaki saleh satu profesi, sehingga bisa saling mengerti kondisi masing-masing. Laila telah mengikuti berbagai tes untuk kepentingan seleksi beasiswanya sejak sebelum menikah. Hamil tua membuat mimpinya tertunda karena tidak mungkin berangkat dalam keadaan hamil, akhirnya laila memutuskan fokus pada kehamilan dulu.

Setahun berlalu, Laila masih gigih memperjuangkan mimpinya. Lalu panggilan itupun datang, alhamdulillaah keberangkatan ke London dijadwalkan. Sebulan menuju dua tahun anaknya, dia berangkat ke London, sendiri. Ya, dia meninggalkan anak dan suaminya yang juga sedang mengambil spesialis di tanah air bersama orangtua dan adiknya. "Aku titip suami dan anakku" begitu gumamnya.

Satu pertanyaan terlintas dibenakku tapi tak mungkin kutanyakan. Mengapa tidak fokus ke keluarga saja dulu?? Ya, seberapa penting mimpi kita jika telah memilih berkeluarga dan memiliki buah hati?? Bukankah itu tugas dan tanggungjawab wajib kita?? Meskipun suami mengizinkan, aku rasa itu bukan pengecualian. Apa yang ada difikirannya, meninggalkan anak berusia 2 tahun bersama suami yang sibuk kuliah spesialis selama setahun. Orangtuanya tidak keberatan, itu pasti. Namun, bukankah kitalah yang seharusnya faham ada yang harus didahulukan diatas kepentingan pribadi.

Berat dihatinya, itu pasti. Tapi, mengambil masa hingga anak dewasa kurasa pilihan bijak. Mereka bilang, Ibu adalah madrasatul 'ula, waktu bersama anak tak bisa diulang. Adakah yang lebih penting daripada bersama keluarga dan menjaganya??

Wallaahu'alam,,

#30dwcjilid20day11
#squad10
#pejuang30dwc
#fithrah_dp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar