Lalu kemudian Tuhan memanggilnya lebih dulu dan setelah itu hanya ada satu nama dalam keseharianku, "Ibu".
Perasaan terguncang kita yang sama seketika Ayah pergi membuat kita semakin akrab dalam apapun itu. Meski terpaksa tak kutemani dirimu, kita selalu komunikasi lewat telfon tak kenal waktu. Mungkin karena kita mencintai lelaki yang sama atau karena aku satu-satunya anakmu yang masih bebas dari ikatan.
Tujuh tahun berlalu sejak Ayah tak disini, kita berbagi waktu bersama. Sesekali Ibu menemaniku di kota ini dan kita menikmati sore bersama sepulang aku kerja. Hingga saat itu tiba, lelaki yang sekian tahun tak pernah kutahu seperti apa rupanya yang ku aminkan didalam rahim Ibu, akhirnya muncul dihadapanku. Aku tahu, dengan berat hati akhirnya Ibu merestui anak perempuan satu-satunya melepas kesendirian.
Dalam kekhawatiran seorang Ibu, akhirnya Beliau memilih menemaniku dikota ini bersama suamiku dan calon cucunya. Saat yang dinantipun tiba, cucu cantiknya lahir mewarnai kesepian kita. Dan tugas Ibuku bertambah, dari hanya sekedar menemaniku berganti dengan menjaga cucu. Dengan berat hati aku berangkat ke kantor dan meninggalkan putri pertamaku bersama Ibuku, hanya sebentuk do'a yang tergumam didalam hatiku, semoga Allaah menjaga kesehatan Ibu dalam kepayahan menjaga anakku.
Hari-hari aku dan Ibuku menjadi terlalu sibuk hingga kami telah jarang berbicara santai dan jalan-jalan sore berdua. Mulai dari rutinitas kantorku yang semakin hari semakin berpacu setiap bulan, hingga lembur di sabtu minggu atau pulang telat bekerja sampai malam menjadi solusinya. Ditengah usia anak yang semakin aktif, tentulah lelah dirasakan Ibuku dan itu mengganggu fikiranku setiap hari. Maafkan aku, Ibu.
Tepat dua bulan yang lalu, setelah setahun menimbang baik buruknya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti, sudahlah Ibu biar aku yang mengurusi anak-anakku. Kupikir dengan lahirnya anak kedua dan resign, dapat membuat Ibu lebih santai. Ternyata tidak, anak pertamaku yang lama dikawal Nenek, selalu kembali ke Nenek ketika dia butuh Ibu tapi Ibu sedang bersama adek. Dan hasilnya, Nenek masih belum bisa santai, maafkan aku Ibu.
Terima kasih Ibu, telah bersabar menghadapi kami meski sudah dewasa dan berkeluarga tapi masih merepotkan Ibu.
Terima kasih Ibu, tetap bertahan menemaniku meski lelah harus berpacu dengan waktu berbagi menjaga cucumu.
Terima kasih Ibu, meski lelah namun tetap tersenyum dan sabar menenangkan ketika anakmu mulai mengeluh dalam lelah.
Terima kasih Ibu, semoga anakmu ini tak butuh waktu lama untuk membahagiakanmu dan membebaskanmu dari pekerjaan rumah yang masih belum bisa di handle sendiri oleh anakmu.
I Love U, Ibu
#30dwcjilid20day9
#squad10
#pejuangdwc
#fithrah_dp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar