Ayah, tak mudah bagiku mempercayai lelaki lain semenjak kau pergi karena Aku tak tahu kepada siapa harus berpedoman. Hingga lelaki itu menemui Ibu, Aku menjadi yakin ada satu titik cerah dijalanku.
Dia bukan hartawan, hanya lelaki biasa yang sedang mencari jodohnya, sang pendamping hidup yang mau menerima keberadaannya dalam susah tak hanya senang. Dia lelaki tampan sesuai kriteriaku, Aku akui itu hingga Aku sendiripun tak berani bermimpi berjodoh dengannya karena Aku tak secantik bidadari surga. Namun satu hal yang membuatku yakin saat itu adalah rasa nyaman.
Aku seperti sudah lama kenal dengannya padahal kami baru bertemu dan bercerita. Tanpa bermksud menyamakan, mungkin karena dia seperti para lelaki yang ada dirumahku. Dia penyayang keluarga seperti Ayahku, terkadang dia enak diajak bicara sama seperti kakak keduaku namun tak jarang juga dia menjadi si peragu seperti kakak tertuaku. Sifatnya yang tak jauh berbeda dengan keluargaku membuatku mudah beradaptasi.
Ijab qabul lancar dalam satu kali helaan nafas dan terdengar tegas, bagiku itu adalah pertanda bahwa dia sangat yakin memilihku. Aku bahagia, dan hari-hari setelah itu sangat sempurna bagiku. Mendung yang menyelimuti keluarga kami hingga badai yang seakan tak berujung cerah seketika oleh keberadaannya.
Sepuluh tahun berlalu, alhamdulillah kami memiliki sepasang anak dan itu berarti telah tiga pasang cucu almarhum Ayah dan Ibu. Perjalanan ini sungguh sarat makna, bersyukur kami dibekali iman dan islam saat kecil oleh Ayah dan Ibu. Hingga meski tertatih, kami mampu bertahan dan tersenyum bahagia hingga hari ini.
#30dwcjilid20day29
#squad10
#pejuang30dwc
#piTha_dp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar